Membangun Jejaring Birokrat KAMMI

Membangun jejaring birokrat KAMMI
By. Hendri.Y Chaniago, 26 2 2009

Muslim negarawan hanyalah mimpi belaka, ia ibarat pungguk merindukan bulan yang takkan pernah menjadi kenyataan. Semangat memang dibutuhkan dalam meretas satu cita-cita akan tetapi cita-cita yang terlalu tinggi tanpa pijakan kuat akan menjadi khayalan selamanya. Dr. Akrim Ridho dalam salah satu tulisannya mengatakan “harus ada jembatan yang menghubungkan antara idealita dengan realita sehingga tidak akan menimbulkan jurang antara keduanya”. Peryataan ini selaras dengan apa yang selalu kita pelajari bersama bahwa cita-cita hari ini akan menjadi kenyataan hari esok, hanya saja cita-cita tersebut tidaklah berdiri sendiri ia memerlukan kematangan, ketajaman analisa-strategy sekaligus didukung dengan berbagai pilar penyangga sehingga menjadi kokoh. Menjadi muslim negarawan sudah disepakati kader KAMMI, namun begitu kita juga mesti realistis mematok keinginan, misalnya apakah sudah terdapat sistem yang memungkinkan Muslim Negarawan itu lahir dari metode pengkaderan kita selama ini? Dari tiga jenjang pengkaderan yang dilakukan oleh KAMMI sudahkah semua jenjang tersebut mengarah untuk melahirkan Muslim Negarawan? Jawabannya barangkali sudah mengarah kesana akan tetapi pola pengkaderan itu tidak serta merta langsung menuju capaian cita-cita karena jalan yang dilalui tidak semudah sebagaimana yang kita harapkan. Jalan menuju Muslim Negarawan itu tidaklah semudah membalik telapak tangan sehingga diperlukan sentuhan artsitektis guna mempermulus lajunya cita-cita. Dan salah satu sentuhan arsitektis tersebut adalah dengan mengoptimalkan jaringan. Semenjak lahirnya KAMMI 1998 yang lalu tentu sudah sangat banyak melahirkan kader, ribuan bahkan puluhan ribu kader yang terlahir dari rahim Dauroh Marhalah dan ini merupakan satu potensi besar yang dapat mempercepat dan memperluas jejaring demi pemulusan Muslim Negarawan. Jumlah yang demikian itu seyogyanya menjadi amunisi bagi sturktur KAMMI dalam merealisasikan cita-citanya.
Dalam berbagai kesempatan kita senantiasa membicarakan satu keinginan untuk menjadikan organisasi ini semakin kuat dan bisa menjadi penentu kebijakan (keyor policy). Namun ranah kebijakan belum berada ditangan kader-kader KAMMI. Selama ini kita hanya menjadi pendobrak, agen of change, atau ujung tombak atau lainya padahal kita memahami semua pola tingkah dan perbuatan yang ditujukan oleh kata tersebut menuju kepada satu arti bahwa kita hanya menjadi subjek penderita. Menjadi agen of change akan membuat jenuh, menjadi pendobrak hanya menjadikan kader linglung karena kehabisan tenaga, atau menjadi ujung tombak akan menyebabkan kader semakin tumpul karena keseringan dipakai tapi lupa untuk diasah. Nampaknya slogan-slogan itu telah menjadikan KAMMI sebagai sapi perah yang ompong. Ia hanya mengharap belas kasih dari mereka-mereka yang selama ini menjadikannya budak kepentingan elit tertentu.
Meretas cita-cita Muslim Negarawan harus kita dudukan dalam porsi sebenarnnya. Karena cita-cita itu bukanlah pepesan kosong yang menhanyutkan kita dalam buaian yang memabukan, tapi ia adalah spirit juang yang harus direalisasikan, sekarang mari kita mulai membahasnya.
Kekuatan Jaringan
“jika anda ingin berkuasa, perbanyaklah jaringan karena anda akan menguasai”. Jaringan (networking) adalah pilar utama dalam mewujudkan cita-cita KAMMI. Dengan banyaknya jaringan yang dimiliki akan memudahkan kader-kader untuk mengakses sistem ketatanegaraan, masuk kedalam wilayah pengambil kebijakan dan pemain utama dinegara ini. Kita harus sadar bahwa dinegeri ini ada sekelompok orang yang memang menjadi pemain kunci dalam menentukan kebijakan, kelompok inilah yang telah menjadikan bangsa seperti ini. Hanya mereka shadow, ada tapi tidak terlihat. Kelompok ini bisa berasal dari kelompok pengusaha, kalangan militer, atau pejabat negara yang sudah malang melintang dalam sistem ketatanegaraan kita.

Hendri Chaniago

0 Responses to "Membangun Jejaring Birokrat KAMMI"

Posting Komentar